INTERNASIONAL, Topinfo.id: Penyerangan Israel ke jalur Gaza Palestina secara bertubi-tubi berimbas pada mata uang Shekel Israel yang mengalami depresiasi.
Mata uang shekel terdepresiasi sebesar 2,73% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sejak 9 Oktober 2023.
Sebagai catatan, Palestina tidak memiliki mata uang tersendiri. Namun Palestina menggunakan tiga mata uang utama yakni shekel Israel (ILS), dolar AS (USD), dan dinar Yordania (JOD).
Dari ketiga mata uang tersebut, shekel Israel merupakan mata uang yang paling banyak digunakan di Palestina khususnya di Tepi Barat Palestina.
Untuk diketahui, shekel ditetapkan sebagai mata uang resmi di wilayah Palestina. Hal ini sebagai hasil dari protokol ekonomi yang dikenal sebagai perjanjian Paris yang mengikuti Kesepakatan Oslo antara Israel dan Wilayah Palestina.
Shekel Terus Alami Depresiasi
Pasca perang Hamas-Israel terjadi, shekel terus mengalami depresiasi hingga menyentuh titik terlemahnya yakni pada 26 Oktober 2023 di posisi 4,078.
Pelemahan shekel terjadi bahkan ketika bank sentral Israel sempat mengumumkan rencana untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing. Pihak Bank mencoba untuk mengurangi volatilitas shekel setelah negara tersebut secara resmi menyatakan keadaan perang.
Sebagai bagian dari program ini, bank sentral dapat menjual valuta asing hingga US$30 miliar untuk melindungi shekel dari keruntuhan.
Setelah menyentuh titik tertingginya pada 26 Oktober, shekel mengalami penguatan yang signifikan terhadap dolar AS. Bahkan hingga 16 November 2023 yang ditutup di angka 3,73.
Dilansir dari The Times of Israel, Bank of Israel menjual mata uang asing senilai US$8,2 miliar pada bulan Oktober. Tentu hal ini, membantu membendung penurunan shekel selama bulan perang melawan kelompok Hamas.
Dengan pecahnya perang dengan Hamas, Gubernur bank sentral Amir Yaron mengumumkan rencana untuk menjual valuta asing hingga US$30 miliar. Kebijakan ini dilakukan untuk melindungi shekel dari keruntuhan.
Program ini memungkinkan Bank of Israel untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing selama masa perang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar shekel dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar tetap berfungsi.