INTERNASIONAL, Topinfo.id: Presiden China Xi Jinping, bersama pemerintah Indonesia mengusulkan untuk ringankan utang negara miskin. Keduanya menyerukan agar lembaga keuangan dan kreditur komersial internasional, (16/11/2022).
Dalam KTT G20, Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa IMF harus mempercepat penerusan pinjaman. Hak Penarikan Khusus kepada negara-negara berpenghasilan rendah.
Presiden Xi Jinping berharap IMF meniru, yang dilakukan China.
“China mengimplementasikan Inisiatif Penangguhan. Dalam layanan utang G20 di segala hal,” kata Jinping
“China juga telah menangguhkan pembayaran utang. Dalam jumlah besar di antara semua anggota G20,” ungkapnya.
Xi Jinping menegaskan, China bekerja dengan beberapa anggota G20 dalam penanganan utang di bawah Common Framework for Debt Treatment di luar program DSSI. Sehingga membantu negara-negara berkembang yang relevan melewati masa-masa sulit.
Kemudian hal yang sama disampaikan oleh Indonesia. Wempi Saputra selaku Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI mengatakan, total utang negara miskin kini mencapai 12,9 miliar dolar AS akibat pandemi COVID-19, ungkap Wempi.
“Konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 diharapkan mampu memutuskan restrukturisasi utang, untuk mempercepat pemulihan ekonomi global. Khususnya bagi negara-negara miskin,” ujar Wempi.
Wempi juga mengatakan, hingga sekarang telah ada sekitar 48 negara miskin yang sudah mendapat keringanan penundaan pembayaran utang. Akan tetapi penundaan bukan sebuah solusi karena tetap ada dan harus diselesaikan, ujar Wempi.
Indonesia menjadi fasilitator negara-negara miskin
Maka dari itu, Indonesia sebagai Presidensi G20 menegaskan untuk mampu menjadi fasilitator bagi negara-negara miskin. Untuk bisa mendapatkan solusi terhadap pembayaran utang mereka.
“Tekanan inflasi yang tinggi serta perlambatan ekonomi telah menyebabkan Zambia, Chad, dan Etopia, mengalami kesulitan dalam membayar utang. Tak heran bila pemulihan ekonomi pasca pandemi menjadi tersendat,” ungkap Wempi.
Ketiga negara tersebut, sedang menjalani program penyelesaian utang atau disebut common framework for debt treatment. Mereka menjadi proyek percontohan untuk penyelesaian utang bagi negara-negara miskin.
Wempi Saputra juga merupakan Direktur Eksekutif Bank Dunia mengatakan, bila ini berhasil maka program ini bisa diberlakukan bagi negara lainnya,” ungkap Wempi.