BISNIS, Topinfo.id: Secara umum bisnis selalu memiliki lima tahapan yang tidak dapat dilewati begitu saja, namun memungkinkan untuk bisa dipercepat.
Hal yang perlu dipahami adalah setiap tahapan memiliki cara yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula.
Banyak orang mengalami kegagalan dalam bisnis karena belum memahami pada tahap mana bisnis mereka berada. Akibatnya banyak pengusaha melakukan langkah-langkah yang tidak sesuai dengan tingkatan tersebut.
Sehingga, mereka kehilangan investasi berwujud uang, waktu, dan tenaga tanpa mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kondisi semacam ini sering sekali terjadi. Misalnya, seseorang baru memulai bisnis dengan produk yang belum tentu diterima pasar. Namun, ia sudah memikirkan strategi untuk membuka cabang. Hal ini dapat berujung pada kegagalan.
Tahap Pertama
Tahapan pertama, bisnis dapat dikatakan baru dimulai dan berada pada tingkatan yang disebut Start Up, sementara membuka cabang sebenarnya berada pada tingkat Established.
Fokus utama pada tahap Start Up adalah mencapai kesesuaian antara produk dan pasar. Untuk mengetahui dimana produk tersebut diterima dengan baik oleh pasar tanpa perlu melakukan promosi secara besar-besaran.
Prioritas pada tahap ini adalah melakukan validasi. Proses validasi dilakukan untuk memastikan apakah produk kita cocok dengan kebutuhan pasar atau tidak.
Banyak orang yang masih berada pada tahap ” Start Up namun seringkali terjebak untuk mencari kesesuaian antara promosi dan pasar. Padahal seharusnya yang perlu dicapai adalah kesesuaian antara produk dan pasar.
Ketika baru saja meluncurkan produk tapi belum melakukan validasi maksimal, kemudian tiba-tiba meluncurkan berbagai promosi dan iklan. Produk tersebut mungkin saja terjual, namun penyebabnya adalah promosi, bukan pada kebutuhan pasar yang sebenarnya.
Jika terus-menerus melakukan kesalahan semacam ini, tentu hasilnya hanya akan menghabiskan uang. Padahal begitu uang habis, bisnis pun akan mati.
Tahap Kedua
Tahapan kedua disebut Running. Pada tingkat ini, fokusnya terletak pada peningkatan omset. Penting untuk diingat, bahwa omset dan profit adalah dua hal yang berbeda.
Jadi yang harus ditekankan di sini adalah omset, bukan profit. Karena tujuannya adalah meningkatkan omset, maka strategi utama yang harus ditekankan adalah pemasaran dengan dominan penjualan dilakukan secara tunai.
Fokusnya adalah menciptakan penjualan yang tinggi dan omset yang besar. Terlepas dari apakah bisnis tersebut menghasilkan keuntungan atau tidak.
Pada tahap ini, pengusaha tidak perlu lagi mempertimbangkan apakah produk akan diterima oleh pasar atau tidak sebab situasi ini sudah tercapai pada tahapan sebelumnya.
Sehingga fokus pada tahap ini adalah bagaimana perusahaan dapat menjual produk sebanyak dan secepat mungkin, untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal.
Di sinilah pengusaha mulai dapat memanfaatkan konsep funneling dan atau flywheel marketing.
Singkatnya, funneling marketing berfokus pada menggerakkan konsumen melalui serangkaian tahap pembelian. Sedangkan flywheel marketing lebih menekankan pada mempertahankan dan memperkuat hubungan dengan konsumen untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pada tahap ini, pengusaha boleh mulai mencari investor, hal ini karena bisnis sudah terbukti valid dan mampu menghasilkan pendapatan. Meskipun mungkin belum menghasilkan banyak profit.
Tahap Ketiga
Tahapan ketiga adalah Growing. Karena produk bisnis sudah diterima pasar, sudah menghasilkan omset yang bagus, maka fokus berikutnya adalah merapihkan.
Maka pada tahapan ini, pengusaha sudah butuh sebuah organisasi, sebuah tim yang masing-masing bergerak sesuai bidang keahliannya.
Ketika organisasi sudah ada, tentu yang dibangun adalah SOP (Standar Operasional Prosedur) agar lebih mudah mengendalikan bisnis.
SOP ini tujuannya adalah untuk mengukur dari berapa menuju berapa, sehingga mampu memetakan apa yang perlu dilakukan.
Dari sini ketemu measure (capaian lampau) dan lead measure (target rencana), yang kemudian akan turun menjadi yang namanya action plan (eksekusi).
Apabila yang bisa menyelesaikan hanya bosnya sendiri, dan tim nya cupu semua, otomatis semua masalah bakal bosnya lagi yang harus selesaikan. Tim hanya menjadi penyambung lidah saja terhadap komplain konsumen.
Ciri bisnis sudah mencapai tingkatan ini adalah profitnya bisa diprediksi. Sehingga yang menjadi bahan diskusinya adalah profit bukan omset.
Ketika fokus bahasannya adalah profit, berarti sudah ada yang namanya analisis efektivitas usaha. Menaikkan profit bisa dilakukan dengan tiga cara :
- Tingkatkan penjualan
- turunkan biaya produksi atau operasional,
- Alihkan biaya menjadi aset.
Tahap Keempat
Tahap Keempat adalah Establish. Karena sudah ada manajemen alias pendelegasian tanggung jawab, dan organisasi sudah dapat berjalan sesuai prosedur yang ditentukan.
Fokusnya pada tahapan ini menjadi ekspansi atau buka cabang. Pada level ini mungkin sudah banyak calon investor yang mulai antri bertanya, sebab prospek bisnisnya sudah jelas.
Banyak bisnis ambruk karena mereka lompat ke tahapan ini padahal baru dapat omset banyak (tahapan running). Manajemen belum rapi, SOP seadanya, organisasi belum berjalan sesuai prosedur, namun langsung lompat ke tahapan buka cabang.
Setelah buka cabang ternyata manajemennya jadi berantakan, tak terkendali, penjualan dan profit bahkan tidak bisa diaudit. Kalau sudah begini, tampaknya tinggal tunggu kebangkrutannya saja.
Di tahapan ini Anda bisa melakukan yang namanya konsep merger dan akuisisi. Entah itu Anda ekspansi dengan cara kolaborasi, akuisisi market kompetitor, atau bahkan lebih gila lagi, akuisisi kompetitor.
Di tahap ini sudah sudut pandangnya tidak sama lagi dengan level-level sebelumnya, sudah bukan B2C (business-to-community), tapi B2B (business-to-business).
Ciri bisnis yang sudah mencapai tahapan ini adalah pertumbuhannya bisa diprediksi. Sehingga amat mungkin memprediksi bulan depan berkembang berapa persen, buka cabang berapa, kerja sama dengan siapa, akadnya bagaimana, dan sebagainya.
Tahap Kelima
Tahapan Kelima adalah Mature. Di tingkatan ini, pengusaha sebagai pemilik bisnis sudah bebas mau melakukan apa saja, biasanya arahnya sudah ke IPO, banyak berbagi ilmu dengan para pebisnis startup, hingga eksekusi harta wakaf.
Solusi terbaik adalah gunakan strategi business exit, yakni dengan menjual sebagian saham melalui IPO, atau diwakafkan.
Hal ini dilakukan prinsipnya agar bisnis yang telah dibangun dan dibesarkan dapat dikelola dan dikendalikan oleh pihak-pihak yang lebih kompeten dan profesional.
Sehingga mampu meminimalisir potensi terjadinya konflik sekaligus penyegaran di jajaran manajemen perusahaan.