BISNIS, Topinfo.id: Harga minyak mentah dan batu bara pada pekan ini terpantau kurang bergairah, meski permintaan kedua komoditas tersebut masih terbilang tinggi.
Hal ini berdasarkan data dari Refinitiv sepanjang pekan ini, untuk di komoditas minyak mentah. Harga kontrak jenis Brent melemah 0,2% secara point to point (ptp).
Namun untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 0,19% pekan ini.
Pada perdagangan Jumat (10/5/2024), harga minyak mentah dunia kompak ambles, dengan Brent ambruk 1,3% ke US$ 82,79 per barel. Sedangkan jenis WTI ambles 1,26% menjadi US$ 78,26 per barel.
Amblesnya harga minyak mentah dunia pada perdagangan akhir pekan ini terjadi karena masih adanya perbedaan pandangan para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS). Serta Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga acuan.
Untuk yang bernada dovish, ada Presiden The Fed New York, John Williams yang mengatakan bahwa kondisi moneter saat ini cukup untuk menurunkan inflasi.
Berikutnya ada Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin, yang mengatakan bahwa kebijakan moneter saat ini cukup ketat. Hingga pada akhirnya membawa inflasi dalam target tahunan The Fed sebesar 2%. Sementara kekuatan relatif di pasar kerja akan memberi bank cukup ruang untuk menunggu sampai hal ini terjadi.
Sementara yang bernada hawkish, ada Presiden Federal Reserve Dallas Lorie Logan, yang mengatakan tidak jelas apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke sasaran bank sentral AS sebesar 2%. Hal ini dianggap masih terlalu dini untuk memangkas suku bunga.
Selain itu, pergerakan harga minyak cenderung dibatasi oleh data energi AS yang menunjukkan permintaan bensin dan solar pekan lalu adalah yang terlemah sejak pandemi Covid-19.
“Minyak diperdagangkan dalam kisaran yang sangat ketat. Tidak banyak berita minyak di luar sana. Berita geopolitik dari Timur Tengah berada di latar belakang dan tidak jelas,” kata Phil Flynn.
Impor Minyak Metah China Meningkat
Sementara itu, di China, impor minyak mentah meningkat dari tahun sebelumnya pada bulan April dan ekspor. Serta impor kembali tumbuh bulan lalu.
Hal ini menandakan peningkatan permintaan di dalam negeri dan luar negeri karena Beijing berupaya memperkuat ekonomi yang goyah.
Di lain sisi, harga batu bara juga terpantau merana pada pekan ini, berdasar Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Juni sepanjang pekan ini anjlok 1,99%.
Pada perdagangan Jumat lalu, harga batu bara dunia terpantau turun 0,11% ke posisi US$ 142,5 per ton.